Senin, 13 Mei 2013

Analisis Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan


                               I.            Pendahuluan
Paham keadilan Tuhan banyak tergantung pada paham kebebasan manusia dan paham sebaliknya, yaitu kekuasaan mutlak Tuhan.
Menurut paham Mu’tazilah kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan tidak bersifat mutlak lagi, tetapi sudah terbatas. Keterbatasan itu terjadi oleh adanya pembatasan yang diciptakannya sendiri, yaitu dengan menciptakan kebebasan berbuat bagi manusia, hukum alam, norma-norma keadilan dan kewajiban Tuhan itu sendiri terhadap manusia.
Kita tidak akan tahu apakah benar kehendak tuhan itu dibatasi oleh hukum yang dibuat-Nya sendiri sebelum kita mengetahui perbuatan-perbuatan tuhan.
                            II.            Rumusan Masalah
a.       Apakah Tuhan mempunyai kewajiban terhadap manusia?
b.      Apakah Tuhan wajib berbuat baik dan memberikan yang terbaik kepada manusia?
c.       Apakah Tuhan memberikan beban kepada manusia di luar kemampuan manusia itu sendiri?
d.      Haruskah Tuhan mengirimkan Rasul-rasulNya?
e.       Apakah Tuhan akan menepati janji dan menjalankan ancamanNya?

                         III.            Pembahasan
A.    Kewajiban Tuhan terhadap Manusia
Kaum Mu'tazilah adalah kaum yang berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban terhadap manusia. Kewajiban-kewajiban itu disimpulkan dalam satu kewajiban, yakni kewaiban berbuat baik dan terbaik. Yang di dalamnya. Menurut Mu’tazilah kewajiban-kewajiban tersebut mesti dilaksanakan oleh Tuhan, sesuai sunnatullah jika tidak maka Tuhan akan dianggap zalim, hal itu mustahil bagi Tuhan.[1]
Analisis
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas tidak bisa di bilang “Kewajiban Tuhan”, karena bila Tuhan mempunyai kewajiban berarti Ia bukanlah Yang Maha Kuasa.
Kemudian untuk sunnatullah, perlu ditegaskan bahwa Tuhanlah yang membuat diri-Nya terikat pada hukum itu. Dengan kata lain Tuhan mewajibkan diri-Nya untuk mengatur alam ini sesuai dengan sunnah-Nya, sebagaimana halnya seorang raja berkewajiban mengatur segalanya sesuai dengan undang-undang negara itu.[2]
B.     Berbuat Baik dan Terbaik
Al-Shalah wa al-Ashalah atau berbuat baik dan terbaik bagi manusia adalah faham milik kaum Mu'tazilah. Menurut paham Mu’tazilah, demi untuk keadilan, maka Tuhan wajib berbuat baik bahkan yang terbaik untuk kepentingan manusia.[3]
Analisis
Hanya pada manusia yang benar-benar beriman pada-Nyalah, Ia berbuat baik dan memberikan yang terbaik yang sesungguhnya, seperti memberikan kebahagian dunia dan akhirat. Tetapi bisa juga di dunia sengsara di akhiratnya diberi kebahagiaan atau sebaliknya, bahkan ada yang di dunia sengsara di akhirat juga sengsara. Dengan demikian bisa disimpulkan berbuat baik dan terbaik kepada manusia bukan merupakan kewajiban bagi Tuhan. Itu merupakan kehendak-Nya saja.
C.     Beban di Luar Kemampuan Manusia
Bagi kaum Mu’tazilah, paham bahwa Tuhan dapat memberikan kepada manusia beban yang tidak dapat dipikul oleh mereka, tidak dapat diterima, karena paham tersebut bertentangan dengan paham yang mereka anut, yaitu paham berbuat baik dan terbaik, jadi Tuhan tidak akan berbuat adil jika Ia memberi beban yang terlalu berat kepada manusia.[4]
Muhamad abduh berpendapat bahwa Tuhan tidak akan membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban yang terletak di luar kemampuannya, karena hal itu sudah menjadi Sunnatullah.[5]
Analisis
Dari penjelasan diatas, bila kita sandingkan dengan sifat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, tidak mungkinlah Tuhan memberikan beban di luar kemampuan manusia, karena di dalam al-Qur;an sudah dijelaskan bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang tidak dapat di atasi oleh umat itu sendiri. 
D.    Pengiriman Rasul
Bagi kaum Mu’tazilah dengan kepercayaan mereka bahwa akal dapat mengetahui hal-hal tentang alam gaib, pengiriman Rasul tidak begitu penting, sebagaimana telah dilihat dalam pembahasan-pembahasan tentang wahyu, fungsi wahyu hanya memperkuat dan menyempurnakan apa-apa yang telah diketahui manusia melalui akalnya.[6]
Analisis
Rasul merupakan penyampai wahyu/ajaran Tuhan, bila Tuhan tidak mengirim Rasul bagaimana bisa manusia tahu yang mana perilaku yang benar-benar dikehendaki Tuhan dan bagaimana manusia bisa mengenal Tuhan. Bila Rasul tidak dikirim pastilah para manusia akan bertanya-tanya siapakah yang menciptakan mereka?apakah manusia tiba-tiba muncul tak ada yang menciptakan?
Memang akal bisa diciptakan untuk berpikir, untuk mengetahui banyak hal, tetap saja apakah akal bisa menjelaskan sesuatu yang manusia saja tidak bisa melihat, tidak bisa disentuh, belum mengetahuinya. Pemikiran adalah cara kerja akal dalam memperoleh pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang sudah didapat. Pengetahuan yang sudah didapat, bisa berasal dari proses trial-error dan seseorang yang memberitahu, seperti Rasul. Apakan pengetahuan tentang Tuhan dan alam ghaib bisa didapat dengan proses trial-error? Melihat dan menyentuhnya saja tidak bisa, bagaimana hal demikian bisa terjadi. Dengan demikian pentingnya peran Rasul sebagai penyampai berita dari Tuhan.
E.     janji dan ancaman
Faham ini merupakan salah satu dari lima dasar kepercayaan kaum Mu’tazilah. Janji dan ancaman tersebut sangat erat hubungannya dengan dasar kepercayaan mereka yang kedua, yaitu keadilan. Menurut mereka Tuhan akan bersifat tidak adil jika Ia tidak menepati janji untuk memberi upah kepada orang yang berbuat baik, dan jika tidak menjalankan ancaman untuk memberi hukuman kepada orang yang berbuat jahat. Oleh karena itu, menepati janji dan menjalankan ancaman adalah wajib bagi Tuhan.[7]
Analisis
Tuhan mempunyai sifat-sifat yang baik, tidak mungkinlah Tuhan mempunyai sifat dusta dengan tidak menepati janji dan menjalankan ancaman seperti yang sudah Ia katakan dalam kitab suci.

                         IV.            Kesimpulan
1.      Tuhan tidak mempunyai kewajiban terhadap manusia, karena bila punya kewajiban Ia bukanlah Tuhan.
2.      Tuhan tidak mempunyai kewajiban berbuat baik dan memberikan yang terbaik pada manusia, akan tetapi Tuhan pasti memberikan hal yang terbaik bagi manusia yang beriman pada-Nya.
3.      Tuhan tidak akan memberikan beban yang tidak bisa di atasi oleh manusia itu sendiri.
4.      Pengiriman Rasul merupakan hal yang sangat penting bagi umat manusia agar tidak tersesat dalam kehidupan yang di jalani.
5.      Tuhan pasti akan menepati janji yang Ia katakan bagi umat manusia yang menjalankan perintah-perintah-Nya dengan ikhlas karena-Nya dan juga akan menjalankan ancaman-Nya untuk manusia yang melanggar perintah-Nya. 









DAFTAR PUSTAKA
v  Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986
v  Nasution, Harun, Muhammad Abduh ban Teologi Rasional Mu’tazilah, Jakarta: Penerbit
               Universitas Indonesia, 1986


[1] . Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), Hal. 128
[2] . Harun Nasution, Muhammad Abduh  dan Teologi Rasional Mu’tazilah, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), Hal. 84
[3] . Harun Nasution, Teologi Islam, Hal. 129
[4] . Harun Nasution, Teologi Islam, Hal. 129
[5] . Harun Nasution, Muhammad Abduh  dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Hal. 86
[6] . Harun Nasution, Teologi Islam, Hal. 131
[7] . Harun Nasution, Teologi Islam, Hal. 132